BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan
perkembangbiakan suatu spesies.
Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus menerus sepanjang
daur hidup yang bergantung pada faktor-faktor dalam yang ada di tumbuhan
tersebut dan juga faktor lingkungan di sekitar tumbuhan tersebut.
Pertumbuhan
dapat diartikan sebagai pertambahan bobot atau volume atau ukuran tumbuhan
karena adanya penambahan unsur-unsur struktural yang baru, atau dengan kata
lain dapat digambarkan sebagai proses pembelahan sel (peningkatan jumlah sel)
dan pembesaran sel (peningkatan ukuran).
Sedangkan perkembangan merupakan perubahan secara kualitatif yang
terjadi secara bersama-sama atau sesaat sesudah pertumbuhan terjadi, didalam
proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tumbuhan, terjadi suatu persaingan
atau kopetisi dalam menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di
lingkungannya, misalkan saja pada
tumbuhan jagung (Zea mays).
Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim dan
termasuk jenis rumputan yang mempunyai batang tunggal. Selain itu Jagung (Zea mays) merupakan suatu jenis tanaman
yang sangat mudah tumbuh dan merupakan kelompok tumbuhan berumur pendek
sehingga pada praktikum ini digunakan tanaman jagung untuk melihat berbagai
faktor yang mempengaruhi suatu pertumbuhan tanaman, dengan melakukan
pengukuran panjang, jumlah daun, berat basah dan kering yang dimulai satu
minggu setelah penanaman sampai dengan pada minggu keempat, dan diharapkan dari praktikum kali ini akan
diperoleh suatu pola pertumbuhan sigmoid dari tumbuhan jagung (Zea mays).
1.2
Dasar Teori
1.2.1
Perkecambahan
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru
pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses
perkecambahan dan pertumbuhan perkecambahan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk diabsorbsi dan memacu aktivitas
enzim-enzim untuk metabolisma perkecambahan di dalam benih (Salisbury dan Ross,
1995).
Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air
akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi
menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan memicu
perubahan metabolic pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan
pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada
endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio
yang sedang tumbuh (Campbell, 2003).
Perkembangan zigot itu berlanjut sampai berbentuk biji:
sporofit embrio yang dorman dengan makanan cadangan dan salut pelindung. Pada
angiosperma, dinding bakal buah (terkadang bersamaan dengan bagian-bagian bunga
lainnya) berkembang menjadi buah. Buah merupakan adaptasi yang meningkatkan
penyebaran isinya (biji-bijinya) ke lokasi yang baru. Buah menjadi tersebar
karena: (1) Pengeluaran mekanis biji-bijinya. (2) Mengerahkan bantuan angin
atau arus air untuk membawa biji ke tempat-tempat baru. (3) Mengerahkan bantuan
hewan untuk menyebarkan biji-bijinya (Kimball, 1983).
1.2.2
Pertumbuhan
Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu perkembangan
bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Proses pertumbuhan
terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara signifikan seiring dengan
berjalannya waktu dan bertambahnya umur tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan
suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk kurva/diagram pertumbuhan.
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu, oleh
karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju
tumbuh ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva
berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan
lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-selnya (Latunra, 2009).
Banyak peneliti menerangkan bahwa pertumbuhan merupakan
bertambahnya ukuran atau bobot organime terhadap waktu, dan ini menghasilkan
kurva pertumbuhan. Kurva pertumbuhan berbentuk-s (sigmoid) yang ideal, yang
dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari
tumbuhan setahun maupun bertahun. Kurva menunjukkan ukuran komulatif sebagai
fungsi dari waktu .tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik,
fase linier, dan fase penuaan. Fase logaritmik, ukuran (V) bertambah secara
eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan
(dV/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding
lurus dengan ukuran organisme; semakin besar organisme, semakin cepat ia
tumbuh. Fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya
pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan yang konstan
ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman
dan oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh di bagian bawah. Fase penuaan
dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai
kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).
Tanaman jagung seperti halnya semua tanaman hibrida selalu
mempunyai apa yang disebut dengan batas genetis. Pada batasan tersebut terdapat
potensi genetic, dimana dengan memacu pertumbuhan seperti apapun akan tetap
tidak dapat melampaui batasan genetic tersebut, dan jumlah daun adalah salah
satu batasan genetic pada tanaman semusim (Ashari, S. 1995).
1.2.3
Botani Jagung (Zea mays)
Menurut Rukmana (1997) tanaman jagung dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Poales, Famili:
Poaceae, Genus: Zea, Spesies : Zea mays
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. pada tanaman
yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah
yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Fitter, 1991).
Batang
jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tambah pesat
sehingga tanaman berbentuk roset batang beruas-ruas (Fitter, 1991).
Daun berbentuk pita 35-1000 kali 3-12 cm. anak bulir
berkelamin satu serumah yang jantan terkumpul pada ujung batang menjadi bulir
yang rapat. Yang betina menjadi bulir yang soltair diketiak daun berbentuk
tongkol (Steenis, 1978).
Bunga jantan terletak pada bagian ujung tanaman, sedangkan
bunga betina sepanjang pertengahan batang jagung dan berada pada salah satu
ketiak daun. Bunga jantan disebut staminate dan didalamnya terdapat benang sari
(Ginting, 1995).
Biji jagung tersusun rapi pada tongkol, tongkol jumlahnya
satu atau lebih pertanaman. Biji berkeping tunggal setiap tongkol. Terdiri dari
beberapa barisan biji, jumlah biji berkisar abtara 200-400 butir (Najiyati. S, 1999).
1.2.4
Pengamatan Dekstruktif dan nondekstruktif:
Pengamatan secara dekstruktif artinya melakukan pengamatan
dengan mencabut tumbuhan dari media tanah atau lingkungannya berada. Sehingga
interaksi yang dilakukan tumbuhan tersebut semakin kecil. Non destrtructive
testing (NDT) adalah aktivitas tes atau inspeksi terhadap suatu benda untuk
mengetahui adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak benda
yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin
bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati damage tolerance
(Rukmana, 1997).
Secara teoritis , apabila dalam suatu populasi yang terdiri
dari dua spesies, maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk
interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi.
Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme
yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu
interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi
pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat
bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan
secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di
kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles )
(Ewusie, 1990).
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung (Zea mays) pada pengamatan destruktif dan
non destruktif.
1.4 Hipotesis
Adapun hipotesis dari praktikum ini yaitu laju pertumbuhan jagung Zea mays, dengan pengukuran secara dekstruktif tumbuh lebih baik dari pada non dekstruktif.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum kurva sigmoid pertumbuhan
dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 06 april 2013 pukul 15.00-17.00 bertempat
di halaman kampus dan ruang terbuka lantai 4 Universitas Muhammadiyah Pontianak
2.2
Alat dan Bahan
2.2.1
Alat
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu; incubator, gelas ukur, penggaris, pisau, thermometer,
timbangan analitik,
2.2.2
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada
praktikum ini yaitu; alumunium foil, biji jagung, media tanah, polibag/pot
2.3
Cara Kerja
Langkah pertama yang dilakukan praktikan adalah memilih
bibit jagung yang baik yang hendak ditanam, selanjutnya praktikan merendam biji
tersebut. Langkah selanjutnya praktikan menyiapkan media tanam dengan
mencampurkan pasir dan tanah bakar dengan perbandingan 2 : 1. Selanjutnya
praktikan memasukkan media tanam tersebut ke dalam 5 pot untuk setiap kelompok
dan memberi label pada masing-masing pot. Kemudian biji jagung yang telah
direndam sebelumnya dimasukkan kedalam media tanam sebanyak 7 biji per pot,
dimana 2 bijinya merupakan cadangan. Selanjutnya pot-pot tersebut diletakkan di
ruang terbuka. Selanjutnya pertumbuhan jagung dicek setiap minggu dengan cara
dektruktif/nondekstruktif, pengukuran dilakukan berupa tinggi tanaman, jumlah
daun, berat basah dan berat kering dari bagian atas (batang dan daun )dan
bagian bawah (akar setelah dibersihakan terlebih dahulu. Selanjutnya factor
eksternal (terperatus tanah, udara, kelembapan, dan curah hujan) diukur setiap
hari. Lalu data pengamatan dibuatkan table dan grafik untuk pertumbuhan dan
factor iklim.
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN
3.1 Tabel Pengamatan
Factor Internal
3.1.1
Table Tinggi Tanaman
MINGGU KE
|
POT I
|
POT II
|
POT III
|
RATA-RATA
|
I
|
10
|
15
|
2
|
9
|
II
|
12.5
|
10
|
16
|
12.83
|
III
|
28
|
33
|
21
|
27.33
|
IV
|
42
|
48
|
29
|
39.66
|
V
|
54
|
59
|
41
|
51.33
|
VI
|
61
|
67
|
52
|
60
|
3.1.2
Tabel Jumlah Daun
MINGGU KE
|
POT I
|
POT II
|
POT III
|
RATA-RATA
|
I
|
7
|
2
|
2
|
3.66
|
II
|
2
|
2
|
2
|
2
|
III
|
4
|
4
|
3
|
3066
|
IV
|
5
|
5
|
4
|
4.66
|
V
|
6
|
6
|
5
|
5.66
|
VI
|
7
|
7
|
6
|
6.66
|
3.1.3
Table Berat Basah Atas (batang dan daun)
MINGGU KE
|
POT I
|
POT II
|
POT III
|
I
|
0.117
|
0.262
|
1.15
|
II
|
0.74
|
0.84
|
0.15
|
III
|
1.01
|
1.23
|
0.27
|
IV
|
1.91
|
2.05
|
0.34
|
V
|
2.37
|
2.59
|
0.63
|
VI
|
3.49
|
3.67
|
0.84
|
3.1.4
Table Berat Basah Bawah (akar)
MINGGU KE
|
POT I
|
POT II
|
POT III
|
I
|
0.030
|
0.037
|
0.032
|
II
|
0.160
|
0.15
|
0.05
|
III
|
0.41
|
0.48
|
0.07
|
IV
|
0.57
|
0.61
|
0.13
|
V
|
0.73
|
0.84
|
0.77
|
VI
|
0.97
|
1.01
|
0.71
|
3.1.5
Table Berat Kering Atas (batang dan daun)
MINGGU KE
|
POT I
|
POT II
|
POT III
|
I
|
0.015
|
0.031
|
0.010
|
II
|
0.018
|
0.012
|
0.16
|
III
|
0.24
|
0.020
|
0.03
|
IV
|
0.31
|
0.032
|
0.50
|
V
|
0.42
|
0.041
|
0.49
|
VI
|
0.61
|
0.063
|
0.63
|
3.1.6
Table berat kering bawah (akar)
MINGGU KE
|
POT I
|
POT II
|
POT III
|
I
|
0.004
|
0.007
|
0.005
|
II
|
0.08
|
0.08
|
0.010
|
III
|
0.14
|
0.16
|
0.023
|
IV
|
0.33
|
0.27
|
0.047
|
V
|
0.49
|
0.35
|
0.053
|
VI
|
0.57
|
0.51
|
0.062
|
3.2
Data Pengamatan Factor Eksternal
3.2.1
Tabel Factor Eksternal Minggu I
No
|
Hari/Tanggal
|
Suhu
(0C)
|
Curah
Hujan
|
Kelembapan(0C)
|
|
Udara
|
Tanah
|
||||
1
|
Minggu/07-04-13
|
24
|
23
|
110
|
23
|
2
|
Senin/08-04-13
|
26
|
32
|
0
|
24
|
3
|
Selasa/09-04-13
|
27
|
36
|
0
|
27
|
4
|
Rabu/10-04-13
|
27
|
34
|
2
|
26
|
5
|
Kamis/11-04-13
|
26
|
32
|
5
|
25
|
6
|
Jum’at/12-04-13
|
27
|
36
|
7
|
27
|
7
|
Sabtu/13-04-13
|
30
|
38
|
0
|
39
|
Rata-rata
|
26.7
|
33
|
17071
|
27.28
|
3.2.2
Tabel Factor Eksternal Minggu II
No
|
Hari/Tanggal
|
Suhu
(0C)
|
Curah
Hujan
|
Kelembapan(0C)
|
|
Udara
|
Tanah
|
||||
1
|
Minggu/14-04-13
|
28
|
30
|
13
|
29
|
2
|
Senin/15-04-13
|
36
|
38
|
9.2
|
32
|
3
|
Selasa/16-04-13
|
27
|
29
|
31
|
29
|
4
|
Rabu/17-04-13
|
30
|
32
|
0
|
30
|
5
|
Kamis/18-04-13
|
35
|
39
|
32
|
38
|
6
|
Jum’at/19-04-13
|
32
|
35
|
0
|
36
|
7
|
Sabtu/20-04-13
|
38
|
41
|
37
|
43
|
Rata-rata
|
32.28
|
34.85
|
17.45
|
33.85
|
3.2.3
Tabel Factor Eksternal Minggu III
No
|
Hari/Tanggal
|
Suhu
(0C)
|
Curah
Hujan
|
Kelembapan(0C)
|
|
Udara
|
Tanah
|
||||
1
|
Minggu/21-04-13
|
33
|
32
|
0
|
33
|
2
|
Senin/22-04-13
|
26
|
29
|
140
|
27
|
3
|
Selasa/23-04-13
|
25
|
23
|
100
|
27
|
4
|
Rabu/24-04-13
|
29
|
30
|
5
|
32
|
5
|
Kamis/25-04-13
|
30
|
31
|
0
|
33
|
6
|
Jum’at/26-04-13
|
28
|
27
|
50
|
29
|
7
|
Sabtu/27-04-13
|
31
|
29
|
50
|
32
|
Rata-rata
|
28.25
|
28.71
|
49.28
|
30.42
|
3.2.4
Tabel Factor Eksternal Minggu IV
No
|
Hari/Tanggal
|
Suhu
(0C)
|
Curah
Hujan
|
Kelembapan(0C)
|
|
Udara
|
Tanah
|
||||
1
|
Minggu/28-04-13
|
35
|
39
|
32
|
38
|
2
|
Senin/29-04-13
|
30
|
31
|
20
|
30
|
3
|
Selasa/30-04-13
|
25
|
22
|
40
|
28
|
4
|
Rabu/01-05-13
|
30
|
29
|
30
|
31
|
5
|
Kamis/02-05-13
|
28
|
27
|
60
|
29
|
6
|
Jum’at/03-05-13
|
26
|
28
|
100
|
26
|
7
|
Sabtu/04-05-13
|
35
|
35
|
38
|
39
|
Rata-rata
|
29.85
|
30.14
|
45.71
|
31.57
|
3.2.5
Tabel Factor Eksternal Minggu V
No
|
Hari/Tanggal
|
Suhu
(0C)
|
Curah
Hujan
|
Kelembapan(0C)
|
|
Udara
|
Tanah
|
||||
1
|
Minggu/05-05-13
|
25
|
27
|
40
|
28
|
2
|
Senin/06-05-13
|
28
|
30
|
20
|
29
|
3
|
Selasa/07-05-13
|
25
|
34
|
5
|
34
|
4
|
Rabu/08-05-13
|
24
|
21
|
3
|
26
|
5
|
Kamis/09-05-13
|
25
|
23
|
10
|
100
|
6
|
Jum’at/10-05-13
|
29
|
30
|
70
|
32
|
7
|
Sabtu/11-05-13
|
25
|
24
|
10
|
28
|
Rata-rata
|
25.85
|
27
|
22.57
|
39.57
|
3.2.6
Tabel Factor Eksternal Minggu VI
No
|
Hari/Tanggal
|
Suhu
(0C)
|
Curah
Hujan
|
Kelembapan(0C)
|
|
Udara
|
Tanah
|
||||
1
|
Minggu/12-05-13
|
30
|
32
|
4
|
38
|
2
|
Senin/13-05-13
|
31
|
29
|
2
|
32
|
3
|
Selasa/14-05-13
|
28
|
27
|
10
|
29
|
4
|
Rabu/15-05-13
|
27
|
29
|
15
|
30
|
5
|
Kamis/16-05-13
|
24
|
23
|
6
|
23
|
6
|
Jum’at/17-05-13
|
26
|
32
|
8
|
25
|
7
|
Sabtu/18-05-13
|
30
|
38
|
3
|
32
|
Rata-rata
|
28
|
30
|
6.85
|
29.85
|
3.3 Kurva Sigmoid
3.3.1 Kurva Sigmoid
Tinggi Tanaman
3.3.2 Kurva Sigmoid Jumlah
Daun
3.3.3 kurva berat
basah atas
3.3.4 Kurva Berat
Basah Bawah
3.3.5 kurva berat
kering atas
3.3.6 kurva berat
kering bawah
BAB
IV
PEMBAHASAN
Percobaan ini menggunakan jagung (Zea mays) yang bertujuan untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung.
Laju pertumbuhan jagung digambarkan
dengan suatu grafik, dari grafik ini terlihat bahwa dengan laju tumbuh ordinat
dan waktu pada absis, grafik membentuk suatu kurva berbentuk S yang disebut
kurva sigmoid. Kurva sigmoid hanya dapat berlaku bagi tumbuhan lengkap,
bagian-bagian atau sel-selnya, dan jagung memenuhi syarat itu.Tanaman jagung
(Zea mays) ditanam selama 6 minggu. Pengamatan laju pertumbuhan dilakukan
dengan cara nondekstruktif dan dekstruktif.
Secara nondekstruktif, tidak dilakukan, hanya mengetahui
prinsipnya saja, Sedangkan pada destruktif , tumbuhan jagung diukur
pertumbuhannya dengan mengambil organ tanaman secara lengkap, kemudian mengukur
berat basah dan berat kering dari tajuk tanaman (batang dan daun) serta akar.
Tinggi tanaman, jumlah daun. Adanya pencabutan tanaman pada perlakuan
destruktif membuat tanaman yang lainnya lebih cepat tumbuh dibandingkan
pertumbuhan. Ini terlihat dari bentuk grafik menyerupai huruf S. Hal ini
dikarenakan saat tanaman dicabut dari pot, maka akan mengurangi persaingan
tanaman dalam menyerap zat hara yang ada dalam pot.
Dari data percobaan dapat dilihat bahwa jagung mengalami
pertambahan tinggi dari minggu pertama dengan rata-rata 9 cm hingga minggu keenam rataannya menjadi 60 cm.
Semakin lama, tanaman semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur (Ashari, 1995),
pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui,
yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel. Terjadinya
perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman bisa disebabkan beberapa faktor yakni
volume, biomassa, dan diameter umur tanaman mengikuti bentuk ideal pertumbuhan.
Hal ini sesuai dengan literatur (Latifah, 2008), pola pertumbuhan tegakan
antara lain dapat dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan
hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi,
bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva
pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan
organisme yaitu berbentuk kurva sigmoid. Pada pengamatan jumlah daun, terjadi
juga pertumbuhan dan perkembangan .hal ini dapat kita lihat Jumlah daun, dari minggu
pertama hanya 3- 4 daun, rataan akhir pada minggu keenam menjadi 5-6. Hal ini
sesuai dengan literatur (Novizan, 2002), fase vegetatif terjadi pada
perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal
pertumbuhan atau setelah massa berbunga dan berbuah. Terjadi penurunan jumlah
daun dan kenaikan jumlah daun merupakan suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini sesuai dengan literatur (Ashari, 1995), pada fase
pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu
pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi (penggandaan) sel.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupaka hasil
interaksi antara dua faktor, yaiu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam
adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan yang dapa dibedakan menjadi faktor intrasel dan intersel,
yang termasuk faktor intrasel adalah sifat menurun atau faktor hereditas,
sedangkan yang termasuk faktor intersel adalah hormone. Faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah air tanah dan mineral,
kelembaban udara, suhu tanah, cahaya, dan evaporasi, serta curah hujan.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan praktikum ini
yaitu laju tumbuh tanaman jagung (Zea mays) dapat diukur dengan cara
dekstruktif yaitu pengukuran yang dilakukan dengan mencabut tanaman dari media
tanah, dan non dekstruktif yaitu dengan cara tanpa merusak tanaman, yang
digambarkan dalam bentuk kurva sigmoid.
5.2
Saran
Praktikum yang dilaksanakan cukup
lama sehingga ada kecendrungan terjadi kesalahan dalam proses pengukuran, untuk
praktikum yang selanjutnya agar bisa lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous,
2000. Sweet Corn Baby Corn. Penebar
Swadaya, Jakarta
Ashari,
S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya.
UI-Press. Jakarta
Campbell,
Neil A. 2003. BIOLOGI. Erlangga.
Jakarta
Ewusie.
1990. Ekologi Tropika. ITB. Bandung
Kimball,
J. W. 1983. Biologi. Erlangga.
Jakarta
Latunra.
2009. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan
II. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Salisbury,
Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung
Rukmana.
1997. Baby Corn. Penerbit Kanisius, Jakarta.
Fitter,
A. H. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Terjemahan Sri Andani dan E. D.
Purbayanti. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Najiyati,
S. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis
Usaha Tani. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Casino Slots & Table Games - MapYRO
BalasHapusLas Vegas, NV - Oct. 1, 2021 - Find your 용인 출장마사지 perfect 영주 출장샵 blend of slots 전주 출장안마 and 삼척 출장마사지 table games at the best 바카라 사이트 place to play!